Kenapa, ma…? Bokep Family Nita tidak menjawab apa apa. Bahri manggut manggut merasa senang melihat sikap istrinya yang tiba tiba baik seperti itu.Sejenak keduanya hening, seakan akan mereka saling intropeksi diri. Ia menghayal seperti apa yang penah ditontonya pada kaca televisi di rumah Atik.Nita mendesis-desiskan bibir Eeesst….. Kata dokter sakit perut biasa…..! pikirnya disertai nafas yang mulai memburu.Berapa panjang batang pelirmu ini, Fach…? Tetapi lama kelamaan, akhirnya menjadi lain. Terkadang sempat pula dilakukan Nita mengulas ulas bulu bulu jembut yang ada disekitar kontol hitam itu.Semua yang dilakukan Nita semata mata kian membuat puncak nikmatnya. Pelan pelan ia mendekati ranjang. Dua buah jari yang sudah menembus masuk itu ia mainkan didalam. bisik Fachdat pelan. Tetap seperti pada masa malam-malam pertama tempo hari. BErdebar debar yang berhasrat ingin menjumpai Fachdat dirumahnya. Pelir itu lumpuh tak bisa bekerja.Bagaimana Nita tidak harus melakukan Demonstrasi kepada Bahri.
