Aq masih mematung. Kalau kini aq berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yg membasahi leher, pasti karena aq terlalu terbuai lamunan. Bokep Japan meloncat begitu saja katakata itu.Aq belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Ya nggak apaapa, katanya menjawab telepon. Tdk perlu diantar. Si Anis, yg tadi. Mulutnya persis di depan Penis hanya beberapa jari. Penis berdenyutdenyut. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Ia tersenyum. Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh. Jendela kubuka. Ayo. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Masih sepi ini..! Ya sekarang..! Aq tdk dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Aq tahu di mana ruangannya. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengahengah, ia menikmati dengan mata terpejam.Mbak Iin telepon.., suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.Mbak Iin merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.Ngapaian sih di situ..?
