“Yah, lumayan. Bokep “Jangan hentikan aku,” desisku. “Maaf, aku hanya menggoda.”
“Jangan lagi.”
“Tentu tidak,” sahutnya. Aku terlena saat bibirnya memagut bibirku. “Berdiri,” ia berbisik di telingaku. Kutekan lagi pinggulku lebih kuat. Jemarinya lalu mengelus batang kemaluanku. “Dingin kalau bisa.”
Saat aku kembali dengan dua gelas air dingin, kulihat ia sudah membuat dirinya nyaman di ujung sofa L. Nafsuku sudah meledak-ledak. Itu yang kurasakan saat menatap wajahnya. Aku terkejut saat melihat ada air mata di situ. “Kamu marah?” kudengar ia bertanya. Tak perduli, kutekan lagi pinggulku. Nada tak senang terdengar saat ia berucap. Kuangkat tubuhku ke atasnya, dengan sebelah kaki menopang di sofa, dan sebelah lagi menopang di lantai. Terus terang saja, ia membuatku tertarik. Aku bukan anak kecil, ucapku dalam hati, aku orang dewasa.




















