Akupun berlari ke arah dia. Bokep Tobrut Aku menciumnya, ternyata ia tak sepenuhnya menolakku. Ia mulai mencium penisku, memasukannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya perlahan-lahan. Aku mencuci mukaku di wastafel.Kulihat wajahnya yang tertidur pulas, kuambil stungun dari tasnya. Aku menciumnya, dia menerimanya, lidah kami saling menjilat namun ia masih menangis. Dari vaginanya yang masih rapat itu terlihat sebuah daging bewarna merah muda, lalu keluar darah yang masih terperangkap di dalam, lalu cairan bewarna putih tebal, sudah jelas itu spermaku dan lendir-lendir bewarna kekuning-kuningan, awalnya kupikir ini pipisnya tapi rasanya bukan, bodo amad ah.Aku membuang celana dalamnya, lalu menciumnya sambil berkata “maaf ya”. “Kamu gak papa?” tanyaku sekali lagi. Tangan Rini memukul-mukul kardus, tempat kepalanya bersandar, rasanya susah kalau berkomunikasi dengan posisi begini. Aku menciumnya, dia menerimanya, lidah kami saling menjilat namun ia masih menangis.
